memberikanasuhan keperawatan keluarga dengan asma. 2. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga pada pasien asma dengan gangguan pernafasan. 2. Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian keluarga pada anggota keluarga yang menderita hipertensi. b.
kumpulanaskep Senin, 01 Agustus 2011. ASMA Kebanyak alergen didapat di udara dan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik. 2. Asma idiopatik atau non alergik, tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Fakor-faktor, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan
ASKEPIGD ASMA BRONCHI LAPORAN KASUS RESUME KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN. PADA KASUS ASMA BRONCHIALE DI IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA BANJARMASIN 2012 I.PENGKAJIAN a.Identitas Klien Nama : Tn.
Kumpulanasuhan keperawatan askep aritmia. 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA A. Konsep dasar 1. Defenisi Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
Jikadiagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test. D. Pengobatan Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
balasan ucapan selamat bergabung di grup wa. 0% found this document useful 0 votes48 views13 pagesDescriptionAskep Keluarga dengan AsmaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes48 views13 pagesAskep Keluarga AsmaJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
0% found this document useful 0 votes594 views13 pagesDescriptionKeluarga AsmaCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes594 views13 pagesAskep Keluarga AsmaJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Asma bronkial bronkial merupakan penyakit kronis yang umum di seluruh dunia dan merupakan penyebab umum rawat inap untuk anak-anak. Hal ini membutuhkan penangan yang tepat baik secara medis dan pemberian asuhan keperawatan. Pada tulisan ini Repro Note akan merangkum mengenai konsep medik dan askep asma bronkial dengan pendekatan Sdki Slki dan Medik dan Askep Asma BronkialPendahuluanPatofisiologi asma bronkial sangat kompleks dan melibatkan inflamasi saluran napas, obstruksi aliran udara intermiten, dan hiperresponsif bronkus. Mekanisme inflamasi padabisa akut, subakut, atau kronis. Adanya edema saluran napas dan sekresi mukus juga berkontribusi terhadap obstruksi aliran udara dan reaktivitas berbagai tingkat infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil, hipersekresi mukus, deskuamasi epitel, hiperplasia otot polos, dan remodeling saluran saluran napas atau hiperreaktivitas bronkus pada asma bronkial adalah respons berlebihan terhadap berbagai rangsangan eksogen dan yang terlibat antara stimulasi langsung otot polos saluran napas dan stimulasi tidak langsung oleh zat aktif farmakologis dari sel-sel yang mensekresi mediator seperti sel mast atau neuron sensorik nonmyelinated. Derajat hiperresponsivitas saluran napas umumnya berkorelasi dengan keparahan klinis asma fisik bervariasi menurut tingkat keparahan asma bronkial dan ada tidaknya episode episode akut serta tingkat keparahannya. Tingkat keparahan diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan, persisten sedang, atau persisten berat. Pasien dari berbagai tingkat keparahan mungkin mengalami eksaserbasi ringan, sedang, atau Bronkial adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan yang menyebakan peningkatan sensitifitas saluran pernafasan, pembengkakan mukosa, dan produksi sensitifitas ini menyebakan serangan akan berulang jika terpapar lagi oleh zat yang menyebabkan alergi tersebut. Pasien bisa menglami episode bebas gejala, kemudian muncul serangan akut yang terjadi dalam hitungan menit, jam, atau hari. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang biasanya mulai muncul pada masa yang mebdasari asma bronkial adalah peradangan saluran nafas yang reversibel dan menyebar sehingga menyebabkan penyempitan saluran nafas. Serangan akan dimulai dengan aktifnya sel mast, yang kemudian melepaskan bahan kimia yang disebut mediator inflamasi ini akan menyebabkan peningkatan aliran darah, vasokonstriksi, perembesan cairan dari pembuluh darah, dan menyebabkan migrasi sel darah putih ke loksai tersebut. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi yang akan menjadikan bronkus menyempit, sehingga terjadi keterbatasan aliran Beberapa hal yang menjadi penyebab dan mempengaruhi perkembangan asma bronkial antara lain Alergi merupakan faktor predisposisi utama Paparan zat tertentu yang bersifat iritan. Seperti serbuk sari, rumput, bulu binatang, dan atau gangguan emosional juga bisa menjadi pemicu timbulnya serangan Jenis obat-obatan tertentu dapat juga menjadi pemicuOlahraga berlebihan Udara dingin atau penurunan suhu Tanda dan gejalaTanda dan gejala asma bronkial yang timbul mudah dikenali dan memilki ciri khas. Berikut tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien Batuk Batuk merupakan gejala awal yang sering munculDispnea Munculnya keluhan susah bernafas atau sesak Mengi Adanya bunyi nafas yang muncul akbat pergerakan udara pada saluran yang menyempit. Biasanya muncul saat ekspirasi dan kadang pada saat sering terjadi pada malam hariEkspirasi memanjang dan membutuhkan kontraksi dinding dada. Normalnya ekspirasi atau keluarnya udara saat pernafasan bersifat pasif, artinya tidak membutuhkan kontraksi dinding muncul tanda-tanda sianosis yang merupakan akibat sekunder dari hipoksia atau kekurangan oksigenGejala tambahan seperti diaforesis keringat dingin, takikardi peningkatan denyut nadi, dan pelebaran tekanan asma bronkial akibat olahraga, Gejala maksimal akan muncul setelah berolah raga, kadang pasien mengalami rasa seperti serangan berulang dan parah, bisa mengancam jiwaBisa juga muncul ruam dan edema yang menyertai reaksi alergi. Pencegahan Untuk mencegah timbulnya serangan asma bronkial pada waktu yang akan datang, pasien sebaiknya menjalani tes alergi untuk mengidentifikasi jenis zat yang menjadi pemicu timbulnya seranganalergen.Jika jenis alergennya sudah teridentifikasi, maka pasien harus menghindari kontak dengan zat tersebut agar serangan tidak timbul lagi di hari Komplikasi penyakit asma bronkial meliputi Status asmatikus Terjadinya obstruksi atau sumbatan jalan nafas yang menyebakan terjadinya kekurangan pasokan oksigen ke dalam tubuh HipoksiaKegagalan Pernafasan Jika tidak diobati bisa berkembang menjadi gagal nafasPneumonia Timbulnya peradangan pada organ paru akibat lendir yang mengumpul dan infeksi oleh bakteri. Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakan diagnosa asma bronkial, dokter biasanya akan memastikan gejala episodik obstruksi jalan nafas yang riwayat keluarga yang juga menderita asma bronkial. Karena penyakit ini juga bisa diturunkan, dan ada kemungkinan ada anggota keluarga lain yang juga faktor lingkungan seperti perubahan musim, peningkatan jumlah serbuk sari pada musim semi, bulu hewan peliharaan, perubahan iklim, peningkatan debu pada musim panas, dan polusi udara juga bisa menjadi pemicu timbulnya adanya penyakit komorbid yang menyertai seperti Gastroesofagial reflux GERD, asma bronkial akibat obat, dan alergi lainnya. Penatalaksanaan MedikTerapi Farmakologis meliputi Short Acting Beta Adenergik Agonist -> Merupakan obat pilihan untuk gejala akut dan pencegahan asma bronkial akibat olahragaAntikolinergik -> Obat golongan antikolinergik bekerja dengan cara menghambat reseptor kolinergik dan mengurangi tonus otot vagal intrinsik jalan nafasKortikosteroid -> Golongan kortikosteroid merupakan golongan yang paling efektif untuk meredakan gejala yang berupa penyempitan jalan nafas, dan mengurangi variabilitas Peak Flow Aliran PuncakImunomodulator -> Imunomodulator mencegah pengikatan IgE ke reseptor yang memilki afinitas tinggi seperti basofil dan Sel Mast Peak Flow MeterMengukur aliran puncak dilakukan dengan mengukur aliran tertinggi selama ekspirasi paksa. Pemantauan aliran puncak harian juga perlu dilakukan. Pemantauan Peak Flow harian direkomendasikan pada pasien yang memiliki asma bronkial peresisten sedang atau berat, adanya gejala yang memburuk, memiliki respon terhadap paparan lingkungan yang tidak dapat dijelaskan, atau atas pertimbangan tertentu dari dokter yang Keperawatan AskepAsma BronkialAsuhan Keperawatan Askep Asma Bronkial tergantung pada tingkat keparahan dan berat ringannya gejala yang pada asuhan keperawatan asma bronkial antara lain Kaji Tingkat keparahan gejala dan terus pantau status pernafasan pasienKaji Bunyi nafasKaji Aliran puncak pasien peak FlowKaji tingkat saturasi Oksigen melalui oksimeterPantau tanda-tanda vital pasien Diagnosa KeperawatanBerdasarkan data yang dikumpulkan, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada Asuhan keperawatan Asma Bronkial antara lain Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus dan bronkospasmeGangguan pertukaran gas sehubungan kurangnya jumlah oksigen yang masuk saat inspirasiKecemasan sehubungan ancaman kematian yang dirasakanUntuk mencapai keberhasilan dalam askep asma bronkial, tujuan yang harus di tetapkan antara lainPemeliharaan patensi jalan nafasPengeluaran sekresi bronkusPengurangan kongesti yang ditandai dengan suara nafas jernih, tidak muncul suara pernafasan, dan pertukaran oksigen menyatakan pemahaman tentang penyebab penyakit dan regimen pengobatan yang sedang dijalaniIdentifikasi potensi komplikasi dan bagaimana memulai tindakan pencegahan atau korektif yang sesuai. Intervensi KeperawatanIntervensi asuhan keperawatan asma bronkial meliputi Identifikasi riwayat reaksi alergi terhadap obat-obatan sebelum pemberian obatKaji status pernafasan dengan memantau tingkat keparahan gejala, bunyi nafas, Peak Flow, oksimetri, dan tanda vitalIdentifikasi obat yang pernah dikonsumsi pasien. Berikan obat sesuai resep dan pantau respon pasien terhadap obat tersebut. Demikian jika ada pemberian antibiotik dikarenakan adanya infeksi saluran pernafasan yang mendasarinyaBerikan terapi cairan jika pasien mengalami dehirasi EvaluasiUntuk memastikan efektifitas rencana asuhan keperawatan askep asma bronkial, evaluasi harus dilakukan. Beberapa hal yang harus dievaluasi antara lain Pemeliharaan Patensi jalan nafasHasil Ekspetoran atau pembersihan jalan nafasTidak adanya kongesti ditandai dengan suara nafas yang jernih, pernafasan tanpa suara tambahan, dan pertukaran oksigen meningkatPemahaman verbal tentang penyebab dan regimen manajemen terapiutikTingkah laku yang ditunjukan untuk memperbaiki atau mempertahankan jalan nafas yang bersihUpdate Askep Asma Bronkial SDKI, SLKI dan SIKIDiagnosa, Luaran dan Intervensi1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Respon Alergi Bersihan Jalan Napas Meningkat Efektif MeningkatProduk sputum menurunDispnea dan Wheezing menurun Sianosis dan gelisah menurunFrekuensi napas membaikPola napas membaik Intervensia. Manajemen Jalan napas pola napas frekuensi, kedalaman, dan usaha napasMonitor bunyi napas tambahanMonitor sputum baik jumlah dan warnaPertahankan kepatenan jalan napasPosisikan semi-fowler atau fowlerBerikan minum hangatLakukan fisioterapi dada jika perluBerikan oksigen jika perluAnjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasiAjarkan teknik batuk efektifKolaborasi pemberian brinkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu b. Latihan Batuk Efektif kemampuan batukMonitor adanya retensi sputumMonitor tanda dan gejala infeksi saluran napasAtur posisi semi-fowler atau fowlerPasang perlak serta bengkok di pangkuan pasienBuang sekret pada tempat sputumjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektifKolaborasi pemberian mukolitik dan ekspektoran bila perlu2. Gangguan Pertukaran Gas b/d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Pertukaran Gas Meningkat dan bunyi napas tambahan menurunPengelihatan kabur dan diaforesis menurunGelisah dan napas cuping hidung menurunPO2 dan PCO2 membaikSianosis dan warna kulit membaikPola napas membaik Intervensi a. Pemantauan Respirasi frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napasMonitor pola napas Monitor kemampuan batuk efektifMonitor adanya produksi sputumMonitor adanya sumbatan jalan napasPalpasi kesimetrisan ekspansi paruAuskultasi bunyi napasMonitor saturasi oksigenMonitor nilai AGDMonitor hasil X-ray toraksAtur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasienDokumentasikan hasil pemantauanJelaskan tujuan dan prosedur pemantauanInformasikan hasil pemantauan jika perlub. Terapi OksigenMonitor kecepatan aliran oksigenMonitor posisi alat terapi oksigenMonitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukupMonitor efektifitas terapi oksigenmonitor tanda-tanda hipoventilasiMonitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasisMonitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigenMonitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigenBersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakeaPertahankan kepatenan jalan napasTetap berikan oksigen saat pasien ditransportasiAjarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumahKolaborasi penentuan dosis oksigen3. Gangguan ventilasi Spontan b/d Kelelahan otot pernafasan Ventilasi Spontan Meningkat tidal meningkatDispnea menurunPenggunaan ott bantu napas menurunGelisah menurunTakikardi, PO2 dan PCO2 membaikIntervensia. Dukungan Ventilasi adanya kelelahan otot bantu pernapasanIdentifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasanMonitor status respirasi dan oksigenisasiPertahankan kepatenan jalan napasBerikan posisi semi-fowler atau fowlerFasilitasi mengubah posisi senyaman mungkinBerikan oksigenasi sesuai kebutuhanGunakan Bag-valve mask jika perluAjarkan melakukan teknik relaksasi napas dalamAjarkan mengubah posisi secara mandiriAjarkan teknik batuk efektifKolaborasi pemberian bronkodilator jika perlu
100% found this document useful 1 vote92 views20 pagesDescriptionAskep kluarga dengan asma bronkooneumoni dengan dengan gejalaOriginal Titleaskep keluarga asmaCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote92 views20 pagesAskep Keluarga AsmaOriginal Titleaskep keluarga asmaDescriptionAskep kluarga dengan asma bronkooneumoni dengan dengan gejalaFull descriptionJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA BRONKHIAL A. Konsep Dasar Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Depkes RI 1988. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 1989. Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah a Unit terkecil masyarakat b Terdiri dari dua orang atau lebih c Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah d Hidup dalam satu rumah tangga e Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga f Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga g Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. h Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. 2. Type keluarga a. Keluarga inti Nuclear Family, adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. b. Keluarga besar Extended Family, adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c. Keluarga berantai Serial Family, adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda Single Family, adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi Composite, adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga kabitas Cahabitation, adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 3. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami e. Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami atau istri 4. Peran Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut a. Peranan ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peranan ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c. Peranan anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual 5. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut a. Fungsi Biologis 1 Untuk meneruskan keturunan 2 Memelihara dan membesarkan anak 3 Memenuhi kebutuhan gizi keluarga 4 Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis 1 Memberikan kasih saying dan rasa aman 2 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 4 Memberikan identitas keluarga c. Fungsi sosialisasi 1 Membina sosialisasi pada anak tingkat 2 Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak 3 Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga d. Fungsi ekonomi 1 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2 Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan keluarga 3 Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. e. Fungsi pendidikan 1 Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya. 2 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. 3 Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 6. Ciri – Ciri Keluarga a. Diikat dalam suatu tali perkawinan b. Ada hubungan darah c. Ada ikatan batin d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya e. Ada pengambil keputusan f. Kerjasama diantara anggota keluarga g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga h. Tinggal dalam suatu rumah. 7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut a. Tahap pembentukan keluarga Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga b. Tahap menjelang kelahiran anak Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan. c. Tahap menghadapi bayi Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah. d. Tahap menghadapi anak prasekolah Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya. e. Tahap menghadapi anak sekolah Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak. f. Tahap menghadapi anak remaja Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan. g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga h. Tahap berdua kembali Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress. i. Tahap masa tua Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini. 8. Tugas – Tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing d. Sosialisasi antar anggota keluarga e. Pengaturan jumlah anggota keluarga f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga 9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman 1981 membagi5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada. 10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut 1 Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah 2 Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri 3 Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil 1 Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun 2 Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi 3 Primipara atau multipara 4 Riwayat persalinan dengan komplikasi c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena 1 Lahir premature/BBLR 2 Berat badan sukar naik 3 Lahir dengan cacat bawaan 4 ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi 5 Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya. d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga 1 Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan 2 Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering timbul cekcok dan ketegangan 3 Ada anggota keluarga yang sering sakit B. Konsep Dasar Penyakit Asma 1. Pengertian Asma Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus pemicu yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik Professor Jon Ayres, 2003. Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas, inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial. Cecily,2002 Sistem pernafasan meliputi a. Rongga hidung yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara inspirasi. b. Laring Adam’s apple atau jakun yang berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena ini dapat menyebabkan batuk bila terangsang. c. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus d. Saluran utama bronkus Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan kiri. Panjang kira-kra 5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkeolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan. Bronkiolus berakhir pada kantung udara alveolus. e. Alveolus Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri atas selapis sel epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas. f. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trakea dan pada pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paruparu, karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme, menembus membran alveoli, dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar melalui hidung dan mulut. g. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner 1 Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2 Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru. 3 Distribusi arus udara dan arus darah. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada O2. Pearce, Ec, 2000. 2. Klasifikasi Derajat Asma Tabel Klasifikasi Derajat Asma Derajat Asma Gejala Gejala Malam 1. Gejala 1x/minggu tapi 2 kali seminggu Mingguan 1x/hari 2. Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur 1. Gejala harian 2. PERSISTEN SEDANG Harian Menggunakan obat setiap hari 3. Serangan mengganggu >sekali seminggu aktivitas dan tidur 4. Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari PERSISTEN BERAT 1. Gejala terus-menerus Kontinu 2. Aktivitas fisik terbatas Sering 3. Etiologi Asma Ada beberapa faktor predisposisi dan predispetasi timbulnya serangan asma bronchial yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri dari . a. Faktor predisposisi, meliputi 1 Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penularannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor Presipitasi 1 Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu a Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Ex debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b Ingestan, yang masuk melalui mulut Ex makanan dan obat-obatan c Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit Ex perhiasan, logam dan jam tangan 2 Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi timbulnya asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Selain itu juga kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga, arah angina serbuk bunga serta debu. 3 Stress Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum teratasi maka gejala asmanya belum bisa diobati 4 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, terkena bulu-bulu binatang industry tekstil, pabrik abses, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti 5 Olahraga / aktivitas jasmani yang berat Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma kerena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. 4. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain a. Bising mengi wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari c. Napas atau dada seperti tertekan d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin membungkuk ke depan untuk bernafas dengan lebih baik. e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang f. Cuping hidung melebar g. Sianosis h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran. Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu Ekstrinsik alergik Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya satu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Intrinsik non alergik Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisema. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi dan non-alergi 5. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan pengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat yang merupakan leukotrient, factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun ekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel ches Pencetus Alergen Cuaca Emosi Olah raga Respon imun menjadi aktif Penghambat kostikosteroid Pelepasan mediator humoral Histamine SRS-A Serotonin Kinin Broncos Edema mukosa Sekresi meningkat inflamasi 6. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell sel cetakan dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. b. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas dimana menandakan terdapatnya suatu infeks Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan 7. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema COPD, maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB Right bundle branch block. Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. d. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol inhaler atau nebulizer golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. 7. Komplikasi a. Status asmatikus b. Pneumonia c. Pneumothoraks d. Emfisema kronik e. Gagal nafas f. Bronchitis g. Fraktur iga h. Kematian 8. Pencegahan Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma. a. Pencegahan controller yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala asma persisten tetap terkendali. b. Penghilang gejala reliever yaitu obat penghilang gejala yang dapat merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera. 9. Penatalaksanaan Tujuan terapi asma adalah a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise d. Menghindari efek samping obat asma e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu 1. Pengobatan non farmakologik a. Memberikan penyuluhan b. Menghindari faktor pencetus c. Pemberian cairan d. Fisioterapi e. Beri O2 bila perlu 2. Pengobatan farmakologik Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu a. Pengobatan non farmakologik Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu. b. Pengobatan farmakologik Bronkodilator obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan a. Simpatomimetik/ andrenergik Adrenalin dan efedrin Nama obat Orsiprenalin Alupent Fenoterol berotec Terbutalin bricasma Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan MDI Metered dose inhaler. Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler atau cairan broncodilator Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol partikel-partikel yang sangat halus untuk selanjutnya dihirup. b. Santin teofilin Nama obat Aminofilin Amicam supp Aminofilin Euphilin Retard Teofilin Amilex Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin misalnya muntah atau lambungnya kering Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan. Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral. C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur. effendy199838 Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri , sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu masyarakat. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut 1. Pengkajian Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara a. Wawancara Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. b. Observasi Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya. c. Studi Dokumentasi Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain. d. Pemeriksaan Fisik Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan tandatanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut 1 Data Umum a Kepala keluarga dan komposisi keluarga b Tipe keluarga c Suku bangsa dan agama d Status sosial ekonomi keluarga e Aktivitas rekreasi keluarga 2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. a Tahap perkembangan keluarga b Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi c Riwayat kesehatan keluarga inti 3 Data Lingkungan a Karakteristik rumah b Karakteristik tetangga dan komunitasnya c Mobilitas geografis keluarga d Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat e Sistem pendukung keluarga 4 Struktur keluarga a Struktur peran b Nilai dan norma keluarga c Pola komunikasi keluarga d Struktur kekuatan keluarga 5 Fungsi keluarga a Fungsi ekonomi b Fungsi mendapatkan status sosial c Fungsi pendidikan d Fungsi sosialisasi e Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat f Fungsi religius g Fungsi rekreasi h Fungsi reproduksi i Fungsi afeksi 6 Stress dan koping keluarga a Stresor jangka pendek dan jangka panjang b Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor c Strategi koping yang digunakan d Disfungsi strategi adaptasi 7 Pemeriksaan keluarga Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu. 8 Harapan keluarga Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat petugas kesehatan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 2. Perumusan Masalah Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah 1 Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa 2 Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal. b. Diagnosis resiko tinggi ancaman kesehatan adalah masa keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. 3. Prioritas Masalah Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi 1 Keadaan tidak atau kurang sehat 2 Ancaman kesehatan 3 Keadaan sejahtera b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah 2 Sumber daya keluarga fisik, keuangan, tenaga 3 Sumber daya perawat pengetahuan, keterampilan, waktu 4 Sumber daya lingkungan fasilitas, organisasi dan dukungan c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan 1 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu 2 Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah 3 Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut Tabel Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga No. Kriteria Nilai Sifat masalah 1 Bobot 1 Skala Ancaman kesehatan 2 Tidak atau kurang sehat 3 Krisis 1 Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2 2 Skala dengan mudah 2 Hanya sebagian 1 Tidak dapat 0 Potensi masalah dapat dicegah tinggi 3 1 Skala tinggi 3 Cukup 2 Rendah 1 Menonjolnya masalah 4 1 Skala masalah berat harus ditangani 2 Masalah tidak perlu ditangani 1 Masalah tidak dirasakan 0 Skoring a Tentukan skor untuk setiap kriteria b Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot c Jumlah skor untuk semua kriteria d Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot 4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena 1 Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta 2 Rasa takut akibat masalah yang diketahui 3 Sifat dan falsafah hidup b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena 1 Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah 2 Masalah kesehatan tidak begitu menonjol 3 Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia. 4 Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga 5 Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan 6 Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada 7 Takut dari akibat tindakan 8 Sikap negative terhadap masalah kesehatan 9 Fasilitas kesehatan tidak terjangkau 10 Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena 1 Tidak mengetahui keadaan penyakit 2 Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan 3 Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan 4 Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga. 5 Konflik 6 Sikap dan pandangan hidup d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena 1 Sumber keluarga tidak cukup 2 Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan rumah 3 Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan 4 Sikap dan pandangan hidup 5 Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai masalah e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena 1 Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada 2 Tidak memahami keuntungan yang diperoleh 3 Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan 4 Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan 5 Rasa takut pada akibat dari tindakan 5. Perencanaan Keperawatan Keluarga Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan Effendy, 1995. Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan yang bertujuan a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan. Tujuan Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma Intervensi Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya. Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat Tujuan Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat Intervensi Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemilihan tindakan yang tepat. c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit. Tujuan Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami asma Intervensi Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga Tujuan Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang proses penyembuhan dan pencegahan asma. Intervensi Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk menunjang proses penyembuhan asma Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma. Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan. e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya. Tujuan Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit asma Intervensi Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan dan pengobatan Asma 6. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh c. Tidak mau mengatasi situasi d. Adat istiadat yang berlaku e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan Faktor lain yang bersumber dari perawat a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat kaku b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga a. Sumber daya keluarga keuangan dan tingkat pendidikan keluarga b. Adat istiadat yang berlaku c. Respon dalam penerimaan keluarga d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga 7. Evaluasi Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru. Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga. Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan pencegahan penyakit Asma e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk penatalaksanaan Asma DAFTAR PUSTAKA Baratawidjaja, K. 1990 “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta FK UI. Brunner & Suddart 2002 “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta AGC. Crockett, A. 1997 “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta Hipocrates. Crompton, G. 1980 “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. 2000 “Rencana Asuhan Keperawatan”, Jakarta EGC. Guyton & Hall 1997 “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta EGC. Hudak & Gallo 1997 “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta EGC. Price, S & Wilson, L. M. 1995 “Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”,Jakarta EGC. Pullen, R. L. 1995 “Pulmonary Disease”, Philadelpia Lea & Febiger. Rab, T. 1996 “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta Hipokrates. Rab, T. 1998 “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta Hipokrates. Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. 1999 “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku Satu, Jakarta Salemba Medika. Staff Pengajar FK UI 1997 “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta Info Medika. Sundaru, H. 1995 “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta FK UI
kumpulan askep keluarga dengan asma